Awal Berdiri: Klub dengan Akar Lokal yang Kuat
Leicester City FC didirikan pada tahun 1884 dengan nama Leicester Fosse. Klub ini bermula dari sekelompok pelajar dan pekerja di Leicester yang memiliki kegemaran bermain sepak bola. Leicester Fosse memainkan pertandingan awalnya di lapangan Victoria Park sebelum akhirnya pindah ke Filbert Street pada tahun 1891, stadion yang menjadi markas mereka selama lebih dari 110 tahun. Pada tahun 1919, setelah Perang Dunia I, klub ini berganti nama menjadi Leicester City FC untuk mencerminkan status kota Leicester yang baru saja mendapat pengakuan sebagai kota resmi. Selama beberapa dekade berikutnya, Leicester berkompetisi di berbagai divisi sepak bola Inggris, namun tidak pernah menjadi kekuatan dominan di level tertinggi.Masa Sulit dan Perjuangan Bertahan
Sepanjang abad ke-20, Leicester City FC menghadapi naik-turun dalam performa. Klub ini beberapa kali naik ke Divisi Pertama (sekarang Liga Premier) tetapi sering kali terdegradasi kembali. Salah satu momen bersejarah adalah mencapai final Piala FA sebanyak empat kali (1949, 1961, 1963, dan 1969), meskipun semuanya berakhir dengan kekalahan. Pada dekade 1990-an, Leicester mengalami masa-masa penuh tantangan tetapi juga harapan. Dipimpin oleh Martin O’Neill, klub ini memenangkan Piala Liga Inggris pada 1997 dan 2000. Prestasi ini memberi Leicester pengakuan nasional, meskipun mereka tetap dianggap sebagai tim papan tengah. Namun, di awal 2000-an, Leicester mengalami kemunduran signifikan, termasuk terdegradasi ke Divisi Championship. Situasi keuangan klub pun memburuk hingga akhirnya Leicester berada di ambang kebangkrutan.Revolusi di Era Modern
Titik balik Leicester terjadi pada 2010 ketika Vichai Srivaddhanaprabha, pengusaha asal Thailand, membeli klub ini. Kepemilikan baru membawa stabilitas finansial dan visi jangka panjang. Dengan investasi yang terencana dan fokus pada pengembangan tim, Leicester perlahan bangkit. Pada musim 2013/2014, Leicester berhasil promosi kembali ke Liga Premier setelah menjuarai Divisi Championship. Kepemimpinan Nigel Pearson sebagai pelatih saat itu memainkan peran besar dalam membangun fondasi tim yang solid. Namun, musim pertama mereka kembali ke Liga Premier pada 2014/2015 menjadi perjuangan berat. Hingga pertengahan musim, Leicester berada di dasar klasemen, tetapi rentetan kemenangan di akhir musim menyelamatkan mereka dari degradasi. Momen ini dikenal sebagai "The Great Escape" dan memberikan harapan baru bagi para penggemar.Musim 2015/2016: Kisah Ajaib Sang Underdog
Tak ada yang menduga bahwa Leicester akan menorehkan sejarah besar pada musim berikutnya. Dengan menunjuk Claudio Ranieri sebagai manajer, Leicester memulai musim 2015/2016 dengan harapan sederhana: bertahan di Liga Premier. Namun, apa yang terjadi kemudian melampaui semua ekspektasi. Dipimpin oleh kapten Wes Morgan dan diperkuat oleh pemain-pemain seperti Riyad Mahrez, Jamie Vardy, dan N'Golo Kanté, Leicester tampil luar biasa. Jamie Vardy bahkan mencetak rekor mencetak gol dalam 11 pertandingan Liga Premier berturut-turut. Riyad Mahrez, di sisi lain, memenangkan penghargaan Pemain Terbaik PFA berkat kontribusi luar biasanya. Konsistensi permainan, kerja keras, dan strategi cerdas Ranieri membuat Leicester memimpin klasemen sejak awal tahun 2016. Pada 2 Mei 2016, Leicester resmi menjadi juara Liga Premier setelah pesaing terdekat mereka, Tottenham Hotspur, gagal menang melawan Chelsea. Leicester mengakhiri musim dengan 81 poin, unggul 10 poin dari Arsenal di posisi kedua. Keberhasilan ini bukan hanya kemenangan bagi Leicester, tetapi juga momen monumental bagi sepak bola dunia. Leicester membuktikan bahwa tim underdog bisa mengalahkan raksasa seperti Manchester United, Chelsea, dan Manchester City dengan kerja keras, kebersamaan, dan strategi yang tepat.Pasca-Kejayaan: Melanjutkan Tradisi Kompetitif
Setelah musim ajaib tersebut, Leicester tetap menjadi tim yang kompetitif. Mereka berhasil mencapai perempat final Liga Champions pada musim 2016/2017, sebuah pencapaian yang luar biasa untuk klub yang baru pertama kali tampil di kompetisi ini. Namun, klub juga menghadapi tragedi pada Oktober 2018 ketika pemilik klub, Vichai Srivaddhanaprabha, meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter. Kejadian ini mengguncang seluruh klub dan penggemar, tetapi Leicester tetap menunjukkan solidaritas dan semangat juang. Di bawah asuhan Brendan Rodgers, Leicester kembali menemukan ritme permainan mereka. Pada 2021, Leicester memenangkan Piala FA untuk pertama kalinya dalam sejarah klub setelah mengalahkan Chelsea 1-0 di final. Kemenangan ini semakin memperkuat status Leicester sebagai salah satu klub yang patut diperhitungkan di Inggris.Warisan dan Inspirasi Leicester City FC
Kisah Leicester City FC adalah bukti nyata bahwa keajaiban bisa terjadi dalam sepak bola. Klub ini menjadi simbol perjuangan dan inspirasi bagi tim-tim kecil di seluruh dunia. Keberhasilan mereka pada 2015/2016 menunjukkan bahwa dengan kerja keras, manajemen yang baik, dan sedikit keberuntungan, segala sesuatu mungkin terjadi. Selain itu, Leicester juga dikenal karena kemampuan mereka dalam merekrut dan mengembangkan pemain. Pemain-pemain seperti N'Golo Kanté, Riyad Mahrez, dan Jamie Vardy adalah contoh nyata dari kebijakan transfer cerdas yang berujung pada kesuksesan di lapangan.Kesimpulan Sejarah Leicester City FC
Dari masa-masa sulit hingga menjadi juara Liga Inggris, perjalanan Leicester City FC adalah kisah penuh warna yang menggambarkan semangat pantang menyerah. Dengan sejarah yang kaya, manajemen yang solid, dan dukungan penggemar setia, Leicester City FC telah membuktikan bahwa mereka bukan sekadar underdog, tetapi juga klub yang mampu menciptakan sejarah besar. Keberhasilan mereka tidak hanya dikenang sebagai prestasi olahraga, tetapi juga sebagai inspirasi bagi siapa saja yang percaya bahwa tidak ada yang mustahil dalam hidup. Leicester City FC, dari underdog menjadi juara—kisah ini akan terus dikenang sepanjang masa.